B for Backpack.
Ia mendesah panjang. Memang mereka berdua berhasil menemukan petanya, namun alih-alih memasang senyum sumringah, ia malah menekuk alisnya dan manyun. Diangkat dan digoyang-goyangkannya petanya ke udara. Bau bangkai dan darah yang mengering tercium begitu menusuk di hidungnya. Ia menjepit hidungnya dengan jempol dan telunjuk kirinya, sementara tangannya yang kanan menjauhkan benda itu dari hidungnya.
Matanya beralih dari peta bau bangkai tersebut ke seorang pemuda berumur 19 tahun yang sedang menggigiti bibirnya dengan gugup. Tangan pemuda itu meremas kemeja putih yang ia kenakan, dan matanya diarahkan ke sembarang arah selain arahnya. Jelas sekali kalau ia bersalah.
Ia melarikan jemarinya yang panjang menuju rambut hitam pendeknya yang sudah berantakan dan mendesah lagi, kata frustasi tertulis jelas di dahinya. “Kupikir kau benar-benar membuangnya Kyuhyun, tapi ternyata…” Ia memutuskan kalimat itu dan kembali memandang pemuda yang lebih muda itu dengan tatapan tajam.
Pemuda itu balik memandang dengan sama tajam. Kegugupan dan rasa bersalah yang ia tunjukkan tadi menguap dengan kata-kata tajam yang ia muntahkan. “Aku tak menyuruhmu mencari di tong sampah. Jelas-jelas yang kuucapkan tadi hanya sarkasme belaka, Choi, kenapa kau menganggapnya serius?”
Giliran giginya yang berderit. “Candaanmu tidak lucu, dan jangan panggil aku Choi. Aku punya nama tahu.”
“Psh, psh, terserah apa katamu Kuda. Petamu sudah ketemu kan? Aku mau tidur.” Dengan itu Kyuhyun berjalan dari posisinya ke tempat tidurnya. Namun baru satu langkah ia berjalan, Siwon sudah menggaet lengannya. “Apa-apaan—”
“Kau harus bertanggung jawab atas peta ini Kyuhyun. Aku mau kau mengganti peta ini,” ia menggoyang-goyangkan peta bersimbah darah dan bangkai nyamuk itu di hadapan muka Kyuhyun. Refleks, Kyuhyun berjengit dan menjauhkan wajahnya dari peta laknat tersebut.
Ia terkekeh kecil. Kyuhyun melotot. “Hanya ganti peta saja kan?”
“Aku belum selesai ngomong Kyu. Kau juga harus membayar biaya pesawat kita ke Eropa.”
Mata coklat Kyuhyun melebar. Syok. “Kau gila! Kenapa harus aku yang bayar?” teriaknya tak terima. Siwon mengelap wajahnya yang tanpa disadari oleh Kyuhyun menjadi korban ‘hujan lokal’nya barusan.
“Kamu pikir ini gratis apa? Lagipula uang kan tidak ada apa-apanya bagimu. Tiket pesawat ke Eropa hanya hal kecil bagimu kan?” katanya seraya tersenyum.
Kyuhyun masih melotot. Cowok ini… Apa dia mencoba memelorotiku?
Kyuhyun mengangkat satu tangannya yang bebas. “Sialan. Oke aku bayar, tapi lepaskan dulu tanganku.”
Senyuman Siwon semakin melebar. Ia memeluk Kyuhyun dengan erat. “Thanks!”
Yang dipeluk memukul punggungnya dengan keras. “Lepaskan aku, Kuda! Aku tidak bisa bernafas!”
Ia melemparkan senyum minta maaf. “Maaf, aku terlalu terbawa suasana.” katanya sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Kyuhyun memutar matanya dan mendengus, seolah berkata ia tak percaya dengan ucapan Siwon yang dibalas dengan senyum lagi. Kyuhyun berharap Siwon tidak sekuat itu jadi ia bisa menonjok Siwon dengan leluasa tanpa takut ditonjok lebih keras. Duh, evil begini ternyata penakut ya?
“Kita mau kemana? Jangan bilang kau tidak tahu.”
“Hmm? Kemana? Kau mau kemana dulu?”
“Kan kau yang ngajak pergi, bego!”
“Well, jujur saja aku juga tidak tahu enaknya kemana dulu…”
Kyuhyun mendecak dan memukul bahu Siwon keras. “Kau ini bagaimana sih! Kau mau buat kita tersesat di belantara Eropa?”
“Tidak, lagipula kita ‘kan punya peta.” katanya, tangannya mengelus bahunya yang kesakitan karena dipukul Kyuhyun tadi.
Kyuhyun memutar matanya. “Ini bukan acara Dora the Explorer, tolol. Jangan samakan petualangan kita dengan acara anak-anak bodoh itu.” Siwon menatapnya dengan aneh, yang langsung dibalas ketus dengan “apa lihat-lihat?” oleh Kyuhyun.
“Bukannya kau suka acara itu? Aku bahkan sering mendengarmu menyanyikan theme song-nya saat mandi.”
Wajah pucat Kyuhyun langsung dirayapi oleh warna merah. “A—itu bukan aku! Kau saja yang salah dengar. Bisa saja itu Yesung atau Kangin.”
Ekspresi Siwon berubah menjadi tidak percaya. Demi barbel-barbelnya yang cantik, ia bersumpah kalau suara yang ia dengar tiap pagi di kamar mandi itu benar-benar suara Kyuhyun! Namun apa buktinya? Lagipula ia belum pernah mendengar Kyuhyun menyanyi, jadi ia mengangkat bahu dan memutuskan untuk melepaskan masalah itu.
“Apa katamu lah. Aku baru ingat kalau kamar mandi Kangin sedang dalam perbaikan.” kata Siwon memasang pose sok berpikir.
Kyuhyun yang sedari tadi menahan nafasnya akhirnya bisa bernafas lega. Ia memasang senyumnya—sesuatu yang jarang ia lakukan—dan kembali berbicara, “aku pikir aku akan memilih Inggris.”
Siwon mengedipkan matanya tak percaya. Inggris? “Kenapa?” Ia pikir anak ini akan memilih sesuatu yang tidak umum. Seperti… Rusia misalnya, atau negara-negara Skandinavia seperti Swedia dan Islandia.
“Aku dari dulu ingin kesana,” katanya seraya mengedikkan bahu. “Lagipula banyak tempat bersejarah yang bisa kita kunjungi.”
Ia mengangguk mengerti mendengar alasan Kyuhyun. Masuk akal. Inggris memang memiliki banyak tempat yang tak hanya bersejarah namun juga menarik dan…berhantu. Bibirnya membentuk seringai tipis.
“Kau kenapa?” tanya Kyuhyun yang merasa terganggu dengan seringai Siwon. ‘Seperti seringai werewolf’, pikirnya. Ah, memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduknya tegang!
“Tak apa,” jawabnya singkat. Ia tersenyum lagi, kemudian mengeluarkan telepon genggamnya dari kantong celana celana kargonya. Jemarinya nampak lincah menyentuh layar telepon genggam dan beberapa menit kemudian ia kembali memasukkan benda elektronik tersebut ke dalam kantong lalu tersenyum lagi.
“Kau kenapa sih, senyam-senyum daritadi? Kordinasi otot wajahmu rusak ya?” tanya Kyuhyun yang merasa terganggu dengan senyuman Siwon.
“Tidak.” Senyum itu lagi! Kyuhyun yang sudah muak mengerang dan mengambil bantal dari tempat tidurnya lalu melemparnya ke muka Siwon. Alih-alih marah, lelaki berumur 22 tahun itu hanya tertawa dan balas melempar bantal ke wajah pemuda yang lebih muda darinya itu.
“Omong-omong, kapan kita berangkat?” tanya Kyuhyun. Bantal yang tadi mereka gunakan untuk lempar-lemparan sekarang berada di pahanya.
“Besok jam 12.30.” jawabnya kalem.
Kyuhyun mendelik. “Kau pasti bercanda,” gumamnya tak percaya. “Aku bahkan belum bilang orangtuaku!”
“Bilang sekarang sana.”
“Mereka tak akan memperbolehkanku!”
“Bitch please,” Siwon memutar matanya kesal.”Kau sudah 19 yang berarti kau adalah orang dewasa yang legal secara hukum.”
Ia menggeleng kuat. “Kau tak mengerti, orangtuaku tetap akan membunuhku.” Rasa dingin mulai merayap dari tengkuknya lalu turun hingga ke punggung dan kemudian menyebar ke tangan dan juga kakinya. Orangtuanya cukup protektif terhadap dirinya, dan jika mereka sampai mengetahui ‘acara jalan-jalan’ mereka—well, mereka akan menggantung Siwon. Atau malah menikahkan mereka berdua?
Menikah? Ih!
“Kau ini kenapa sih? Kau sendiri ‘kan yang bilang ingin ikut.”
Kyuhyun menelan ludahnya, tangannya meremas kemeja putihnya yang sudah lecek. “Memang.”
“Jadi… Kau ikut atau tidak?”
“Aku ikut. Tapi jangan salahkan aku kalau ayahku mengetahui ini dan menggantungmu di pohon pisang.”
Siwon hanya tersenyum tipis. “Pria tua yang tidak bisa mengontrol pipisnya mana bisa menggantungku di pohon pisang.”
Dan otomatis tangan Kyuhyun mendarat dengan keras di pipi Siwon.
Kyuhyun sedang memasukkan baju-bajunya ke sebuah koper besar berwarna hitam saat Siwon tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu masuk ke dalam kamarnya dan menganga heran. Ia menunjuk-nunjuk kopernya seolah koper itu berisi bom TNT. “Kenapa kau bawa koper?” katanya dengan nada tinggi.
Alis Kyuhyun terangkat heran, “Memang aku harus bawa apa? Peti?”
Kepalanya menggeleng cepat, membuat rambutnya yang acak-acakan semakin acak-acakan. “Bukan, pakai backpack.”
“Tas punggung? Mana muat!”
“Bukan tas punggung yang ituu.” katanya sembari menepuk jidatnya. Kyuhyun memberinya tatapan tidak mengerti. “Lalu?” Sungguh ia bingung. Setahunya tas backpack paling banter muat untuk laptop 14″.
Siwon berlari ke kamarnya, kemudian kembali ke kamar Kyuhyun dengan menggeret sebuah tas punggung yang nampak seperti guling, namun dengan resleting di beberapa bagian dan tali bahu. “Nah, ini yang kumaksud.” kata Siwon sambil menepuk-nepuk tasnya bangga.
“Nggak berat tuh?” tanya Kyuhyun, matanya dengan teliti mengobservasi tas tersebut, mengingat setiap detail yang ia punya.
Siwon tertawa pendek. “Ya berat lah, makanya bawa barang seperlunya saja.”
Kyuhyun mengangguk, lalu bertanya lagi, “Kalau barangku tidak cukup disitu bagaimana?”
“Memang kau mau bawa apaan? Peralatan kecantikanmu kan bisa beli disana.”
“Sialan! Aku bukan Heechul atau Ryeowook yang suka pakai make up!”
Siwon—lagi-lagi—tertawa sambil menghindar dari pukulan ganas Kyuhyun. “Santai saja mbak!”
Kyuhyun memajukan bibirnya dan melipat tangannya di depan dadanya. “Cih, jaga mulutmu.”
“Tenang saja, pasti cukup kok Kyu.”
“Aku harap.” gumamnya sambil melirik tumpukan pakaian dia atas tempat tidurnya yang belum sempat ia masukkan ke dalam koper. Siwon nyengir kemudian berdiri dari duduknya. “Aku juga belum selesai membereskan barang. Yasudahlah, selamat malam Kyu.”
Dan kamar pintunya tertutup sebelum ia sempat mengucapkan balasannya.
Kyuhyun mendesah dan melirik ke backpack berwarna biru tua yang ditinggalkan Siwon di kamarnya. ‘Apa yang harus kulakukan dengan tas ini?’ pikirnya bingung.
Ia menarik tas itu untuk mendekat ke arahnya. Awalnya hanya memegangnya saja, tetapi terus berlanjut ke menciumi harum tas tersebut, membuka tiap resleting yang ia bisa temukan lalu memeluknya erat.
“Hmm, empuk juga. Apa kujadikan guling saja ya?”
A/N: Thanks to you all, cerita ini yang rencana aslinya nggak akan lebih dari 300 kata/chapter jadi meluber ke 1,000+ :v ya, makasiih banget. Makasih, makasih, makasih*jadipolisitidur*. Kira-kira ada yang bisa nebak benda apa yang akan ahjussi pake? Atlas udah, backpack udah, terus lanjutannya apa? Yang bisa nebak ahjussi kasih boxer-nya abang Kuda. Lawl.
Terimakasih untuk semua yang udah ngereview+alert+favourite fic ahjussi. Nggak nyangka aja fic seuprit ini bakal dapat sambutan yang sangat antusias dari fandom Screenplays. 4 favourite bo, 4 favourite! Omona, omona! Yassalam, yassalam! *hebohsendiri*
Yah, akhir kata, terimakasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca dan mereview fanfiksi ini. Ahjussi teh orangnya selow, abis baca langsung minggat gak apa, komen boleh lah, kritik ya monggo, bash yah… terserah sih, asal jangan ngebash pair-nya aja. Situ komen sekedar “lanjut” aja udah jadi motivasi untuk ahjussi untuk tidak menelantarkan fic ini kok.
Kok jadi banyak bacot gini sih. Ah, sudahlah.
Salam tidak gaul,
Ahjussi gagal ganteng.
P.S: ada yang kecewa dengan teaser hari ini ga? Padahal ahjussi ngarep hari ini yang keluar WonKyu loh!